The Worst Famous Books

1964
books

Hard Rockers suka baca buku? Ya, buku memang punya banyak manfaat. Mulai dari menambah pengetahuan, hingga memberi pelajaran berharga.

Kadang, buku yang bagus akan membuat kita berpikir, “Oh ya, life should be like this, or like that…”. Dan buku yang buruk? Memberi pelajaran supaya kalau suatu saat kita ingin menjadi penulis, jangan pernah menulis dengan cara yang shallow dan buruk.

Buku yang buruk, bukan berarti anjlok di pasaran, lho! Justru banyak buku-buku berkualitas buruk yang sangat populer di kalangan masyarakat. It doesn’t mean that our society is stupid and shallow at the same time… Namun, terkadang cerita yang mudah diikuti, dan mengikuti trend memang lebih mudah dijual.

Nah, apa saja sih buku-buku yang menembus “box office”, tetapi mendapatkan kritik ‘super pedas’ dari para kritikus sastra?

1. Twilight Saga [Twilight, Eclipse, New Moon, Breaking Dawn]

Ini sih, sudah rahasia umum. Pasalnya, cerita karangan Stephanie Meyer ini entah kenapa begitu dangkal dan flat. Cinta memang universal dan manis, tapi cerita cinta Bedward [Bella-Edward], begitu manis hingga membuat kita mual. Kata-kata cinta yang diumbar ke segala sudut kota Fork, serta plot yang tidak seru membuat keempat buku Meyer ini sukses dicerca di mana-mana. Tapi memang banyak remaja yang suka.

Sebetulnya, Meyer jago dalam mendeskripsikan seseorang ataupun sesuatu. Meyer tahu betul konsep “show, don’t tell” dalam membuat buku. Sayangnya, ini sedikit tricky. Tanpa diimbangi dengan plot dan penokohan yang kuat, deskripsi Meyer hanya seperti surat cinta dalam empat buku. Kepanjangan, dan membosankan.

2. 50 Shades of Grey

download

S&M memang premis yang bagus. Pasalnya, masyarakat juga suka dengan cerita yang berhubungan sama ranjang. But, please. E.L James, menulis buku-buku yang hampir tidak ada bedanya dengan cerita cinta Bedward. Too shallow, too banal, dan entahlah, membuat mual. Tinggal ganti saja tokoh Grey dan Anastasia dengan Bella Swan dan Edward Cullen, niscaya kalian akan menemukan kisah cinta vampir-manusia, tapi di dunia nyata.

Well, memang tidak ada ya, cerita lain selain perempuan biasa yang disukai lelaki tampan dan kaya? Like, hello? Selain itu, gaya penulisan E.L James begitu membosankan. Seperti membaca cerita stensilan.

3. Eragon

Eragon book cover

 Waktu menulis tetralogi Eragon ini, Christopher Paolini memang masih berusia belasan tahun. Betapa ajaibnya, seorang remaja bisa menulis buku tebal, empat buah pula. Sayangnya, saat membaca buku Paolini, kita seperti dilanda deja vu. Karena premis yang hampir sama dengan Lord of The Rings: seorang anak desa yang biasa saja, yatim piatu, lalu mengalami petualangan besar.

Paolini sudah pernah mengaku kalau dia memang fans berat Tolkien. But, it’s ok kalau tulisan dia terinspirasi dari karya-karya Tolkien. Masalahnya, Paolini terlihat berusaha keras untuk membuat karyanya terlihat “tinggi” dan “agung”. Caranya? Dengan menyisipkan kata-kata yang rumit, tapi sebetulnya kolokasi-nya kurang baik. Misal, Paolini hanya mau berkata “said”. Namun supaya terlihat “nyastra”, ia mengganti “said” dengan “admonished”, “roared”, etc. Bagus? Nggak. Malah terlihat aneh dan berlebihan. Seperti memasangkan kata “cowok” dan “bersabda”.

4. The Da Vinci Code

DaVinciCode

Ada dua jenis cerita: plot-driven dan character-driven. Biasanya sih, buku petualangan bersifat plot-driven. Sementara itu, buku bertema drama bersifat character-driven. Tapi memang ada buku yang memuat keduanya, and it’s so damn cool. 

Da Vinci Code jelas punya peluang untuk menjadi buku dengan sifat plot-driven. Sayangnya, plotnya buruk dan memusingkan. Seolah Dan Brown ingin menunjukkan kepada dunia betapa ia punya banyak pengetahuan mengenai sejarah dan teologi. Semua hal seperti ditumpuk dan tidak ditata rapi. Gaya bahasa pun terlalu datar.

Keburukan-keburukan ini ditambah dengan karakter-karakter yang kurang menarik secara penokohan. Jadi, selain sedikit pengetahuan soal sejarah Louvre, Da Vinci, juga teologi, mungkin Hard Rockers tidak akan mendapatkan apa-apa dari buku ini [teks @intankirana| fotoWikipedia]

Intan Kirana
Latest posts by Intan Kirana (see all)

LEAVE A REPLY