Putri Marino, pecinta kopi yang takut film horor!

2046

Cukup dengan satu film dan Putri Marino telah berhasil menyabet Piala Citra. Namun, Putri bukanlah one-hit wonder. Wanita berdarah Italia ini mengaku kalau dia tidak main-main terjun ke dunia seni peran.

Kamu sempat bilang sudah “melompat” dari satu industri ke industri lain. Mengapa akhirnya memilih akting?
Well, awal mulanya saya memang berkarier di dunia fashion sebagai desainer. Lalu, sempat juga menjadi MC untuk acara travel.

Namun, sepertinya akting yang paling cocok buat saya. Jujur, saya orangnya cepat bosan dan selalu ingin mencoba hal baru. Lewat akting saya bisa mencoba berbagai hal di setiap peran yang saya mainkan, dan saya suka dengan hal itu.

Ah… Pokoknya, saya sudah jatuh cinta dengan dunia akting!

Film Posesif adalah film pertama kamu. Cerita dong pengalaman berperan jadi Lala di film ini!
Sebenarnya saya sempat terpikir untuk mundur lho dari project film ini. Bukan cuma merasa grogi karena ini film pertama saya, tapi berperan menjadi Lala adalah tanggung jawab yang besar.

Pesan yang ingin disampaikan dari film ini bukan hal yang sepele. Posesif adalah film tentang abusive relationship dan Lala adalah potret seorang remaja yang menjadi korban dari kekerasan tersebut.

 

Lalu, apa yang membuat kamu yakin untuk ikut serta di film Posesif?
Pada waktu itu mama yang meyakinkan saya. Edwin sebagai sutradara dan Adipati Dolken yang berperan jadi Yudis, lawan main saya di film ini, juga sangat suportif. Sejak saat itu, saya komitmen untuk memerankan Lala.



Dan… Akhirnya totalitas kamu membuahkan Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Wah, kalau itu saya gak menyangka banget. I feel so honoured. Piala Citra memacu saya untuk berkarya lebih banyak lagi.



By the way, sebenarnya kamu tipe pasangan yang posesif tidak sih?

Saya percaya setiap orang punya sisi posesif dalam dirinya, tetapi kadarnya berbeda-beda. Kalau Yudis itu kadarnya sudah sangat parah, yang sampai-sampai membuat dia bisa melakukan kekerasan. Saya juga ada sisi posesifnya, tapi kadarnya sedikit. Ya… Bisa dibilang saya ini perhatian dengan pasangan saya. Hehe.

Dengan padatnya jadwal, bagaimana caranya supaya tidak stres?
Saya lahir dan besar di Bali, sehingga pantai selalu jadi tempat untuk melepas stres dan menemukan inspirasi. Dulu, waktu masih tinggal di Bali, setiap kali merasa sumpek saya tinggal pergi ke pantai.

Tapi semenjak tinggal di Jakarta, agak susah ya mencari pantai. Jadi, paling yang saya lakukan hanya melihat-lihat foto saya waktu lagi diving.

View this post on Instagram

Jujur aku sedih banget menyaksikan fakta bahwa laut Indonesia sudah mulai terancam ekosistemnya… juga terancam habitat ikan-ikannya… bagaimana tidak jika menangkap ikan pakai alat yang tidak ramah lingkungan, bahkan pakai pengeboman segala… belum lagi rumah ikan-ikan yang cantik dijual… iya, diambilin trus dijualin itu terumbu karang… Katanya Indonesia negara maritim, berbudaya bahari, dua pertiganya adalah lautan… tapi kalau ancaman seperti tadi masih jamak, akan sulit bagi kita untuk terus menikmati laut biru Indonesia dan segala potensinya Aku ingin sekali melalui postingan aku kali ini… kita semua mulai aware tentang pentingnya menjaga laut kita Nah, menurut kamu, gimana cara menjaga keindahan dan kebersihan laut Indonesia? Yukkk tulis pendapat kamu di sini dan bagikan pada semua orang 🙂 #jagalautkita #lautbersih @kemenkominfo Photo by @peggymisnan

A post shared by Putri Marino (@putrimarino) on

Ada bedanya tinggal di Bali dengan tinggal di Jakarta?
Ada banget! Di Bali everyday is a holiday, bahkan di lingkungan kerja pun begitu. Tidak seperti di Jakarta yang serba cepat. Awalnya sempat kesulitan mengikuti ritme kerja orang Jakarta, meski akhirnya bisa karena terbiasa.

Namun, saya tetap sering homesick. Sehingga, sebisa mungkin saya selalu menyempatkan waktu untuk pulang ke Bali.

Sebutkan dong hal tentang kamu yang banyak orang tidak tahu.

Saya penggila kopi! Saya bisa lho sehari minum empat gelas kopi. Saya sering datang sendirian ke coffee shop untuk ngopi sambil mendengarkan lagu dan menulis puisi.

Apa lagi ya? Oh, saya juga hobi memasak. Biasanya saya masak pasta atau makanan Indonesia, terkadang suka baking juga.

Kalau soal film, kamu sebenarnya suka film yang seperti apa?

I’m very open for any genre… Saya suka semua genre film, kecuali horor. Saya takut banget kalau nonton film horor. Nyerah deh kalau diajak nonton film yang ada hantunya.

Oh ya? Kalau kamu diajak bermain di film horor bagaimana?
Kalau memang ceritanya oke, saya tetap terima tawarannya. Namun, saya sepertinya tidak mau deh menonton filmnya saat premier. Kalaupun nonton, saya pasti menutup mata sepanjang film!

Akreditasi
Fotografer: SaffeiAdjie
Digital Imaging: Andy Hendrawanto
Stylist: Dheniel Algamar
Penulis: Hana Devarianti/FT
Makeup Artist: Ifan Rivaldi (+62818811802)
Hairstylist: Krisna
Wardrobe: (jumpsuit) Sebastian Gunawan. (sepatu) Pedro. (aksesori) House of Jealouxy.

Source: Cosmopolitan Indonesia

LEAVE A REPLY