Wisata Gunung Bromo dan Kisah Suku Tengger

5894
Gunung Bromo
Foto Traveloka

Hard Rockers, sudah pernah menonton film Pasir Berbisik karya Nan Achnas atau melihat cantiknya perbukitan hijau di film Teletubies? Jika belum, jejakan segera kaki Anda menuju salah satu destinasi favorit para pelancong yang berada di ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut, yaitu Gunung Bromo.

Sebuah kawasan yang berada di daerah Jawa Timur ini menawarkan paket wisata yang unik seperti luasnya hamparan lautan pasir, indahnya matahari terbit (sunrise), serta tantangan melewati ratusan anak tangga menuju puncak Gunung Bromo yang masih aktif menyembulkan zat belerang.

Secara geografis, kawasan wisata ini berada dalam empat wilayah yang meliputi Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Malang.

Nama Gunung Bromo sendiri diambil dari bahasa sansekerta yaitu brahma yang berarti nama salah satu dewa dalam agama Hindu.

Bagi Hard Rockers yang berada di luar kota, moda transportasi pesawat terbang menjadi pilihan utamanya. Saat ini cukup banyak maskapai penerbangan nasional yang membuka rute penerbangan menuju Bandara Juanda, Surabaya yang menjadi pintu awal menuju kawasan Gunung Bromo. Berbagai maskapai penerbangan bisa Anda pilih yang tentunya disesuaikan dengan biaya perjalanan.

Keturunan Raja Majapahit
Bagi Anda yang tidak memiliki banyak waktu, manfaatkanlah fasilitas reservasi tiket secara online seperti Traveloka untuk Booking Citilink secara online. Tak hanya mudah, Anda juga dapat menikmati beragam promo menarik ke berbagai kota lainnya di Indonesia.

Berbicara mengenai Gunung Bromo, tentunya tak dapat dipisahkan dari penduduk asli yang menempati wilayah tersebut. Ya, mereka adalah Suku Tengger yang dengan mudahnya Anda temui di sana.

Berdasarkan banyak literasi yang terkumpul, nama tengger sendiri berarti pegunungan di mana merupakan daerah kediaman mereka yang berada di dataran tinggi.

Masyarakat Suku Tengger sendiri menyakini bahwa mereka merupakan keturunan dari seorang putri dari Raja Majapahit yakni Roro Anteng dan putera seorang brahmana bernama Joko Seger. Keduanya yang menikah dan membangun permukiman di kawasan tengger yang dinamakan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger atau “Penguasa Tengger yang Budiman”.

Mata pencaharian mereka sehari-hari adalah sebagai petani dan sebagian lainnya kini mencoba menggantungkan hidup sebagai tour guide wisatawan yang datang berkunjung. Bagi yang memiliki materi lebih, mereka pun mencoba membangun bisnis dengan menyewakan berbagai fasilitas seperti penyewaan mobil jeep hingga rumah menginap bagi para pelancong yang tak jauh dari kawasan Gunung Bromo.

Upacara tengah malam
Agama yang dianut oleh Suku Tengger adalah agama Hindu. Namun begitu, keyakinan yang dianut mereka berbeda dengan penganut Hindu pada umumnya. Contohnya saja, pada masyarakat tengger tidak ada upacara pembakaran mayat (ngaben) seperti yang dilakukan oleh umat hindu.

Tak hanya itu, mereka juga tidak memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan. Namun bila mereka melakukan peribadatan bertempat di poten. Poten adalah sebidang lahan di lautan pasir tempat berlangsungnya Upacara Kasada.

Berbicara mengenai ritual keagamaan, setiap tahunnya Suku Tengger selalu melakukan upacara yang sering disebut Yadnya Kasada. Dalam pelaksanaanya, upacara ini, dilakukan pada tengah malam sekitar pukul 00.00 WIB atau bertepatan pada bulan kasada (kesepuluh) sekitar tanggal 14 dan 15.

Prosesi upacara sakral ini pun berlangsung di Pura Luhur Poten Bromo yang terletak di kaki Gunung Bromo.

Berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat, Upacara Yadnya Kasada dilakukan sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rezeki dan keselamatan yang telah diberikan. Itulah mengapa, mereka begitu religius sehingga hidup tentram dan damai. [Adv]