Beruntung Saya adalah Perokok!

1624

Judul yang menantang sekaligus kontradiktif. Saya sengaja memberikan judul yang heboh begini karena bagi para perokok, Anda akan masuk dan membaca posting ini. Bagi yang tidak merokok dan kenal saya secara pribadi, Anda akan bertanya-tanya,” Sejak kapan Budi merokok? Kok bisa jadi perokok?” n so on.

Sebelum lanjut, perlu ditegaskan bahwa saya bukan perokok dan tidak merokok (minimal tidak merokok secara aktif). Tetapi lingkungan kita sudah banyak menciptakan perokok pasif. Termasuk diriku ini. Background keluarga saya dari Ortu, Papa saya merokok tetapi 6 putranya MEMILIH untuk tidak merokok.

Mengapa saya tulis MEMILIH, sebab kami bisa merokok. At least, saat SD pernah sembunyi-sembunyi merokok bersama my big brother. Kemudian pernah merokok lagi waktu kelas 3 SMU dengan rekor 7 batang dalam waktu 2 hari. Intinya kami bisa merokok tetapi MEMILIH tidak merokok. BISA tetapi TIDAK MAU.

So, mengapa judulnya ‘Saya Beruntung sebagai Seorang Perokok’, sebab meskipun sudah dikeluarkan larangan merokok di tempat-tempat umum seperti di mall, sekitar perkantoran, rumah sakit, sekolah dan lain-lain, tetap saja Jakarta (Indonesia) adalah surga bagi perokok.

Apa buktinya Jakarta adalah surga perokok?

  1. Undang-undang yang ada tidak diperlakukan secara      ketat. Banyak pelanggaran tanpa sanksi sama sekali. Sebagai      sesama pengunjung di mall sekalipun kita sungkan untuk menegur para      perokok.
  2. Tersedia ruangan khusus perokok di berbagai tempat,      yang celakanya seringkali lebih mewah daripada kawasan bebas rokok.
  3. Digelarnya berbagai acara khusus bagi para perokok      (yang disponsori oleh para produsen rokok tentunya).
  4. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa perokok pasif      justru menderita kerugian lebih parah dibandingkan perokok aktif. Jadi      mengapa tidak menjadi perokok aktif sekalian?

So guys, dengan begitu banyaknya kenikmatan untuk merokok, tidak salah kan judul posting ini?

Terus, memang ada kerugian dari kita merokok?

Saya tidak akan membahas dari bidang kesehatan, tetapi mari kita lihat dari segi finansial.

Apa saja nerakanya para perokok di bidang finansial?

  1. Bau napas akibat rokok juga membuat pergaulan      terhambat, sehingga networking tidak berjalan lancar. Berarti banyak      potensi bisnis yang hilang akibat bau napas ini.
  2. Uang untuk membeli rokok yang kita bakar setiap      harinya, jika diakumulasikan dan diinvestasikan secara baik akan      menghasilkan aset yang sangat besar.

Asumsi 1 bungkus rokok dihabiskan dalam waktu 2 hari. Maka 2 hari = 1 bungkus, 1 bulan = 15 bungkus. Jika harga rokok sebungkus kita anggap Rp 5.000,- maka sebulan kita menghabiskan Rp 75.000,-. Jika kita investasikan ke dalam instrumen yang menghasilkan return 25% pertahun selama 25 tahun, maka hasilnya adalah Rp 1.781.620.619,- (satu Milyar lebih bo!)

WOW! Bayangkan kalau 1 hari malah 1 bungkus rokok yang Anda habiskan. Dan saya yakin harga rokok lebih dari Rp 5.000,- perbungkusnya. Jadi sudah berapa mobil atau rumah yang anda bakar selama ini?

Saya tidak melarang Anda merokok karena itu hak asasi manusia (meskipun juga hak asasi bagi bukan perokok untuk mendapatkan udara yang bersih dan bebas asap rokok). Saya hanya bisa menyentuh Anda dari segi finansial mengenai berapa uang yang terbuang selama ini.

Terus, bagaimana solusinya?

  1. Yang terbaik tentu saja berhenti merokok, tetapi      sisihkan uang rokok untuk diinvestasikan.
  2. Kalau tidak bisa (tidak mau) berhenti merokok, maka      jangan mengeluh tidak bisa menabung karena penghasilan yang kecil atau      pengeluaran yang terlalu besar.
  3. Ini yang paling menarik yaitu ’Jadilah Romantis à Rokok,      Mangan (makan) Gratis..heheheh

Well saya hanya berharap Anda semua bisa menjadi tipe 1 di atas atau menjadi tipe ke-4 .

Bagi bukan perokok…saatnya menyisihkan dana untuk investasi anda….cia you!

Leonardus Budi Suryanto 0818 932638

Do Your Best and Let God Do The Rest!

 

LEAVE A REPLY