Kemarin ada seorang teman bertanya, mana yang harus dipilih cita-citakah atau orang tua.
Sulit untuk menjawabnya, seakan-akan seperti makan buah simalakama. Orang tua dilupakan tak bisa, cita-cita dan impian pun enggan dilepaskan.
Beruntungnya aku punya orang tua yang membiarkan anak-anaknya terbang bebas mencapai impian tanpa terbatas keadaan.
Sulitnya memilih antara berbakti dan mengejar mimpi ketika 2 hal itu menjadi 2 hal kontras yang tidak bisa terpadu harmonis.
Bagaimanapun hidup cuma sekali, dan kalau aku pribadi tidak mau menyia-nyiakan hidup yang tidak bisa diulang lagi itu dengan menjalani impian orang lain. Harus diakui orang tua sudah mengalami hidup lebih lama daripada kita, banyak hal yg mereka telah pelajari dibandingkan kita. Tapi ketika mereka semua sudah tidak ada, yang ada cuma kita pribadi dan hidup kita sendiri. Yang bahagia kita yang akan mengalami sedihnya juga kita…………
Sulit mungkin untuk membuat mereka maklum akan impian kita, tapi sungguh kita pun tak bisa mengindahkan diri kita dan menutup telinga kita kuat-kuat dari nasihat dan bimbingan mereka.
Buat temanku, maaf aku ga bisa ngasih nasihat dan malah mungkin opiniku malah membuat bingung dan pusing. Maaf ya…..
Tetap semangat ya sist, bawa dalam doa dan yakini aja Tuhan yang maha tahu adalah pencipta dan pemilik hati dan rasa. Tidak perlu menyesali keluarga ataupun orang tua kita dan membandingkannya dengan yang lain. Mereka adalah yang terbaik buat kita. Tempat terlayak dan terhebat yang diberi Tuhan pada kita adalah keluarga kita. Tempat kita menangis jujur dan tertawa adalah keluarga. Yakini kalau Dia sudah berkehendak bahkan orang tua sekalipun tidak kuasa menghalangi.
Caiyo Eka
- Impian dan orang tua - Jul 2, 2010