In New York,
Concrete jungle where dreams are made of
There’s nothin’ you can’t do
Now you’re in New York
These streets will make you feel brand new
Big lights will inspire you
Let’s hear it for New York, New York, New York
Seperti yang terdengar dalam lirik lagu “Empire State of Mind” di atas, New York dan segala pesonanya memang tak pernah berhenti mengundang para pemimpi yang ingin mewujudkan mimpi mereka–seringkali dengan segala cara.
If you can make it in New York, you can make it everywhere. Dan untuk meraih hal tersebut, you need money, connection, and image. Karena itu New York tak pernah kehabisan cerita tentang con artist, para penipu ulung selihai laba-laba yang menyebar jaring-jaring kebohongan mereka dengan begitu halus dan begitu rakus menangkap banyak mangsa sampai akhirnya mereka terjerat jaring yang mereka tenun sendiri.
Kita telah melihat beberapa contoh seperti Jordan Belfort yang cerita hidupnya difilmkan dalam The Wolf of Wall Street dan diperankan oleh Leonardo DiCaprio, Mel Weinberg dalam American Hustle yang diperankan oleh Christian Bale, atau Frank Abagnale Jr, dalam Catch Me if You Can, yang lagi-lagi diperankan Leonardo DiCaprio.
Mereka adalah para penipu ulung yang cerita “petualangan” mereka begitu mencengangkan dan nyaris seperti fiksi untuk kemudian hidup selamanya dalam bentuk film atau buku.
Anehnya, bila kita mengikuti cerita dari sudut pandang mereka, kita seakan sadar atau tak sadar rooting for them meski tahu mereka adalah penipu dan kriminal. We have some kind of fascination tentang para penipu ulung–setengah takjub, setengah iri–dan bagaimana mereka menjalankan aksinya, walau kita tahu mereka pasti akan tertangkap dan berakhir di pengadilan.
Yang belakangan sedang hangat adalah kisah penipuan yang dilakukan oleh Anna Delvey, seorang wanita muda yang mengguncang dunia sosialita New York dan menjadi ikon dari kejahatan “grifting”, di mana ia melakukan penipuan demi penipuan yang melibatkan para pengusaha dan “investor” untuk membiayai gaya hidup mewahnya di seluruh dunia.
Selain menipu banyak orang-orang sukses dan akomodasi mewah di Amerika Serikat, Eropa, hingga Maroko, ia juga berusaha mengajukan pinjaman sejumlah jutaan dolar sebelum akhirnya aksinya terungkap dan kini ia mendekam menunggu sidang di penjara Rikers Island untuk 6 kasus penipuan senilai $275.000.
Bagaimana Anna bisa melakukan aksinya dengan mudah? Well, secara fisik ia memang menarik. Dengan kulit porselen, rambut merah, dan wajah bak boneka yang sekilas mengingatkan pada model Lily Cole lengkap dengan aksen Eropa dan pakaian dari brand seperti Balenciaga dan Alaïa, ia terlihat seperti gadis kaya Eropa pada umumnya.
Namun, alasan yang lebih kuat adalah karena ia tak ragu menunjukkan kekayaannya semisal loyal membagikan $100 cash ke siapa saja, dari mulai supir Uber hingga para karyawan hotel. Salah satunya adalah Neffatari Davis, seorang concierge di 11 Howard, sebuah boutique hotel di daerah Soho, New York di mana Anna tinggal sebulan di kamar seharga $400 per malam di bulan Februari 2017.
Dalam sebuah artikel investigatif yang dibuat oleh New York Magazine, Neffatari menceritakan bagaimana Anna kerap memberi tip $100 cash hanya untuk sekadar rekomendasi restoran atau hotel terbaik, hingga akhirnya ia menjadi bagian dari circle Anna dan ikut bergaul dengan kalangan elite yang terdiri dari para CEO, selebriti, seniman, atlet, dan orang-orang penting lainnya dalam pesta-pesta yang digelar oleh Anna.
Kepada Neffatari, Anna mengaku ia berasal dari Jerman dengan ayah seorang pengusaha panel surya yang sukses. Namun, di New York yang dipenuhi anak orang kaya dari seluruh dunia, terkadang kamu bisa begitu akrab dengan seseorang namun tak pernah benar-benar mengenal latar belakangnya. As long as you got money and looks, no one ever really ask you questions.
Begitu pun dengan Anna. Pada beberapa orang ia mengaku berasal dari Cologne, meskipun bahasa Jermannya tidak terlalu bagus. Beberapa orang menduga ia adalah putri seorang diplomat Rusia, beberapa mengira ayahnya adalah seorang pengusaha minyak, dan desas-desus lainnya tentang latar belakang dan sumber kekayaan Anna.
Satu hal yang pasti, ia sempat menjadi intern di majalah Purple, sebuah majalah fashion terkenal di Prancis yang dikomandoi oleh Olivier Zahm. Dari masa internship tersebut, Anna mengenal banyak figur terkenal dalam dunia fashion, lifestyle, dan seni di Eropa lewat berbagai pesta dan event yang ia hadiri.
Salah satunya adalah Michael Xufu Huang, seorang kolektor seni muda yang super kaya dari Cina. Lewat mutual friend, mereka berkenalan dan sepakat untuk bersama mengunjungi Venice Biennale di mana Anna meminta Michael membayar tiket pesawat dan hotel memakai kartu kreditnya dulu.
Selama di Venice, Michael sempat heran karena Anna hanya membayar dengan cash, namun saat itu ia tak terlalu memikirkannya. Baru ketika Anna mengundangnya datang ke pesta ulang tahun di salah satu restoran favoritnya, Sadelle’s di Soho, kecurigaan Michael terbukti ketika restoran tersebut melihat foto dirinya bersama Anna di Instagram dan mengirimnya pesan untuk meminta kontak Anna dan memberi tahu bahwa Anna belum membayar tagihan untuk pesta tersebut.
Tagihan tak terbayar itu hanya puncak gunung es dari banyak tagihan lain yang tidak dibayar. Termasuk tagihan $30.000 dari 11 Howard, liburan ke Maroko di mana ia menginap di resort mewah seharga $7.000 per malam, Four Seasons di Casablanca, dan sejumlah hotel mewah di New York.
Beberapa kali Anna berhasil keluar dengan meyakinkan beberapa kenalannya untuk membayar tagihannya lebih dahulu, namun keberuntungan itu terus menipis sampai akhirnya ia diusir keluar dari W Hotel dan tak punya tempat tinggal di New York.
Sempat menumpang tidur di beberapa kenalannya di New York, reputasi Anna terkuak lebar ketika sebuah insiden di restoran Le Parker di mana ia berusaha meninggalkan restoran tanpa membayar berujung headline di New York Post dengan judul WANNABE SOCIALITE BUSTED FOR SKIPPING OUT ON PRICEY HOTEL BILLS.
Artikel yang sama mengungkap bahwa nama asli dari Anna Delvey adalah Anna Sorokin yang saat artikel tersebut rilis Juli tahun lalu menulis umur Anna adalah 26 tahun.
It turns out, sepak terjang Anna sudah dimulai dari bulan November 2016 ketika ia berusaha meminjam uang sejumlah $22 juta di City National Bank dan penipuan lainnya di sejumlah bank berbekal cek kosong dan surat konfirmasi palsu. Ia akhirnya ditangkap di Malibu, California dan diterbangkan kembali ke New York untuk menghadapi tuntutan dari aksinya.
So, siapa sebenarnya Anna Sorokin? Dia lahir di Rusia tahun 1991 dan di tahun 2007 pindah ke Jerman bersama keluarganya di mana ia menghabiskan masa SMA sebagai gadis pendiam di Eschweiler, kota kecil kelas pekerja 60 km di luar Cologne, dekat perbatasan Belgia dan Belanda.
Ayahnya adalah seorang supir truk yang beralih menjadi karyawan di perusahaan transportasi sebelum memulai usahanya sendiri di bidang peralatan penghemat energi.
Lulus SMA, ia pindah ke London untuk kuliah di Central Saint Martins College namun drop out dan kembali ke Berlin di mana ia menjadi intern di departemen fashion sebuah firma public relation sebelum pindah ke Paris dan berhasil menjadi intern di majalah Purple dan mulai memakai nama alias Anna Delvey.
Anna mungkin kini telah mendekam di penjara, namun gaya hidup mewahnya masih bisa kita lihat di Instagram miliknya. Begitupun dengan kisahnya yang memang menarik disimak. Seperti gerombolan Bling Ring yang namanya justru semakin terkenal setelah dipenjara dan dijadikan film oleh Sofia Coppola, Anna pun tampaknya akan menjadi criminal-turned-celebrity berikutnya.
Produser dan penulis naskah Shonda Rhimes telah mengantungi hak untuk membuat serial Netflix tentang Anna berdasarkan artikel yang ditulis oleh majalah New York. Sebuah ide yang disambut hangat oleh Anna yang bahkan mengatakan ia akan senang kalau Margot Robbie terpilih untuk memerankan dirinya.
Reaksi yang tak mengherankan bagi seorang penipu yang mengaku tak bersalah dan menganggap dipenjara semacam eksperimen sosial.
Yang membuat Anna kesal bukanlah karena ia akhirnya ditangkap, namun karena headline di berita yang menyebutnya “socialite wannabe” dan anggapan bahwa ia menipu hanya untuk belanja dan berfoya-foya.
Dalam pikirannya, hal itu bukan sekadar tentang uang, namun lebih kepada hidup ideal yang ia bayangkan. It’s not only about the money but also success story. Uang adalah bagian dari kesuksesan, demikian pula dengan ketenaran.
Ia mungkin sudah tak lagi memegang uang, namun ia telah meraih ketenaran, walaupun dengan cara yang dianggap keliru oleh masyarakat. Dan karena itu ia bisa dibilang sukses meraih setengah dari harapannya. She’s just play the game, like everyone else in New York.
(Image: Dok. Instagram @theannadelvey)
Source: Cosmopolitan Indonesia
- Kolaborasi Dua Lipa dan girlband asal Korea, Blackpink - Sep 20, 2018
- 5 Serial baru di Netflix tahun 2018 yang bisa lo tonton - Sep 13, 2018
- Kendall Jenner berlari di Paris untuk video Longchamp - Sep 13, 2018