Masyarakat Indonesia disebut paling malas berjalan kaki

2616

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Stanford di Amerika Serikat menghasilkan daftar negara-negara dengan penduduk paling aktif bergerak di dunia, di mana Hong Kong menempati posisi teratas. Bagaimana dengan Indonesia?

Sayangnya, Indonesia berada di posisi terakhir dalam daftar tersebut. Bahkan, masyarakat Indonesia disebut paling enggan dan malas untuk berjalan kaki, khususnya masyarakat yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya,

Hasil penelitian tersebut didapat dari sekumpulan data ponsel dari ratusan ribu orang di seluruh dunia yang menggunakan aplikasi pematau aktivitas bernama Argus. Dari hasil unggahan para pengguna aplikasi tersebut diketahui bahwa masyarakat Hong Kong paling rajin berjalan kaki. Di sana, masyarakatnya rata-rata melangkah sebanyak 6.880 kali setiap harinya. Sementara di sisi lain, rata-rata kebiasaan berjalan kaki masyarakat Indonesia hanya sebanyak 3.513 langkah dalam satu hari.

Kemacetan di jalanan Jakarta

Alasan utama mengapa masyarakat Indonesia malas berjalan kaki adalah karena minimnya fasilitas trotoar. Kalaupun ada, kebanyakan diambil alih lahannya oleh pedagang kaki lima dan lahan parkir.

Hanya jaringan trotoar di kawasan pusat kota saja yang terbebas dari kepungan kaki lima. Kalaupun sebuah kota memiliki panjang trotoar yang memadai, lebarnya justru tidak seberapa sehingga memperlambat mobilitas pejalan kaki.

Alasan lain yang mendasari rapor buruk terkait adalah karena mudahnya kepemilikan kendaraan pribadi di Indonesia, khususnya sepeda motor. Bahkan di beberapa daerah di tanah air, memiliki motor dapat dimulai dengan uang muka ratusan ribu saja.

Bisa jadi di dalam pikiran banyak orang Indonesia, memiliki kendaraan pribadi adalah solusi terbaik, yakni mobilitas cepat dan fleksibel serta tidak mudah lelah.

Ditambah dengan berkembang pesatnya industri transportasi personal berbasis aplikasi semakin memanjakan masyarakat Indonesia dalam melakukan mobilitas. Cukup pesan lewat smartphone, transportasi personal pun datang menghampiri dan siap mengantar ke tempat tujuan dengan harga kompetitif.

Meskipun begitu, di balik rapor buruk tersebut terselip satu kabar baik, yakni Indonesia jauh dari daftar teratas negara dengan populasi penderita obesitas terbesar di dunia. Walaupun malas berjalan kaki, namun setidaknya masyarakat kita cukup jauh dari serangan bahaya obesitas.

Aktivitas yang padat di pusat kota Hong Kong

Lantas, bagaimana dengan Hong Kong? Mengapa masyarakat di kota megapolitan yang menjadi bagian dari politik dua sistem milik pemerintah Republik Rakyat Tiongkok itu sangat gemar berjalan kaki?

Ada tiga alasan utama yang membuat masyarakat Hong Kong gemar berjalan kaki. Pertama, Hong Kong dikenal telah memiliki sistem transportasi lengkap dan terintegrasi sejak dekade 80-an. Integrasi jaringan transportasi yang terdiri dari bus, minibus, kereta bawah tanah (MTR), kapal ferry, dan taksi terpelihara dengan baik menjangkau setiap sudut kota. Ongkos transportasi yang ditetapkan pun rata-rata terjangkau, kecuali taksi.

Alasan kedua adalah karena Hong Kong memiliki banyak sekali ruas trotoar yang lebar dan bersih. Penataan jalan dan bangunan di seluruh pinggiran trotoar di sana benar-benar diperhatikan sehingga membuat warganya leluasa berjalan kaki. Bahkan, di beberapa titik yang berbukit, pemerintah setempat membangun ekskalator guna memudahkan mobilitas pejalan kaki.

Adapun alasan ketiga adalah pemerintah Hong Kong menerapkan sistem penjualan serta nilai pajak yang tinggi bagi masyarakatnya yang hendak memiliki kendaraan pribadi. Akibatnya, banyak warga di sana enggan dibuat ‘ribet’ untuk membeli kendaran.

TEKS: HAPPY FERDIAN
FOTO: DOK. ESQUIRE

Source: Esquire

Jangan kelewatan berita-berita terkini lainnya seputar dunia film, musik, dan entertainmentStreaming terus Hard Rock FM di sini!

Baca juga:
30 waralaba video game terbaik sepanjang masa
Betulkah rokok elektrik lebih aman dari rokok biasa?
Debut solo, Camila Cabello jadi jawara di chart Top41

LEAVE A REPLY