Kita tentu sudah terbiasa mengonsumsi kristal ini. Saking terbiasanya, tanpa garam, semua makanan bakal terasa hambar. Namun, jika dalam darah tertimbun mineral ini dalam jumlah yang terlalu tinggi, maka konsentrasi garam dalam darah akan tinggi sehingga berakibat tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan gangguan fungsi ginjal.
Menurut dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP, FIHA, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Harapan Kita, Jakarta, menjelaskan bahwa saat banyak mengonsumsi garam, plasma sodium di dalam plasma tubuh meningkat sehingga osmolaritas di plasma meningkat. Akibatnya, penderita jadi haus dan volume sel sel akan bertambah otomatis akan meningkat tekanan darah.
“Selain itu, garam juga memengaruhi sel sel otot polos dan di bagian jantung sehingga membuat jantung membengkak, memaksa jantung bekerja lebih keras, dan merusak fungsi endotel,” tambah dr. Arieska. Dan, jika endotel rusak, maka serpihannya berpotensi menyumbat pembuluh darah sehingga mempertinggi risiko serangan jantung koroner.
Saat ini, masyarakat tergantung akan keberadaan garam.
“Lidah orang kita lebih senang makanan tasty. Apapun makanannya, yang penting asin – dan gurih. Karenanya, di tempat makan, banyak disediakan botol garam untuk bisa menambahkan rasa sesuai selera kita sendiri,” ungkap dr. Arieska Ann.
Hasil penelitian besar tahun 2004 di Eropa juga sudah membuktikan hal itu. Ditemukan bahwa tingginya asupan garam di semua negara Eropa meningkatkan risiko tinggi kematian.
Apakah ada solusinya? Ada. Salah satunya adalah Anda bisa melakukan pola diet DANH (Dietery Approaches Nonstop Hypertension). Fokus pola makan ini adalah dengan mengonsumsi banyak biji-bijan, buah-buahan dan sayuran, susu dan daging rendah lemak, serta mengurangi asupan garam dan gula.
“Untuk mengurangi asupan garam, normalnya itu sebanyak 1.5 – 2.3 gram. Jika itu terlalu ribet, Anda bisa menilainya dengan merasakan makanan yang Anda makan. Makanan yang sudah terasa asin itu berarti kelebihan garam. Biasanya, makanan seperti ini sering ada di fast food,” papar dr. Arieska.
Tentu, tak lupa, Anda harus rutin cek tekanan darah Anda. Tekanan darah normal berada pada angka 120/80 mmHg. Ukuran pra-hipertensi berada di angka 120-139/80-89 mmHg, hipertensi tahap I pada 140-159/90-99, dan hipertensi tahap II lebih dari 160/100.
“Kita tak bisa berandai-andai apakah tekanan darah normal atau tidak. Sebab saat tensi sedang tinggi, tubuh tidak bereaksi. Karenanya, cek berapa tekanan darah Anda secara rutin,” pungkas dr. Arieska.
Source: Fitness For Men
Pusing mikirin playlist? Mending dengerin 87.6 Hard Rock FM di sini! Atau bisa dowload aplikasinya di iOS dan Google Play Store.
Baca juga:
Trik tetap segar walaupun kekurangan tidur
Katy Perry jadi host untuk Video Music Awards 2017
Bella Hadid digosipkan dengan pria baru, ini reaksinya
- Kolaborasi Dua Lipa dan girlband asal Korea, Blackpink - Sep 20, 2018
- 5 Serial baru di Netflix tahun 2018 yang bisa lo tonton - Sep 13, 2018
- Kendall Jenner berlari di Paris untuk video Longchamp - Sep 13, 2018