Penyebaran cacar monyet kini sudah mulai masuk dan menjangkit warga Amerika Serikat (AS). Berbagai upaya pencegahan pun dilakuin, salah satunya dari lembaga kesehatan AS, Center for Disease Control and Prevention (CDC) yang menyarankan seks dilakukan secara virtual.
Setelah pandemi Covid-19, kini masyarakat dunia kembali dihadapkan oleh sebuah virus terbaru, yakni cacar monyet. Beberapa negara pun cukup kewalan oleh penyakit cacar monyet yang menyerang kulit ini.
Lembaya kesehatan CDC Amerika Serikat membuat sebuah panduan untuk mencegah penyebaran cacar monyet berjudul “Social Gatherings, Safer Sex, and Monkeypox”. Dalam panduan tersebut mencantumkan seks virtual AS.
“Lakukan seks virtual tanpa kontak langsung,” imbauan CDC.
Ada beberapa panduan terkait bentuk kontak seksual lainnya dari CDC selain seks virtual. CDC menyarankanuntuk sementara waktu agra menunda berhubungan seks atau jika bisa dilakukan secara virtual atau masturbasi. Berikut panduan dari CDC guna mencegah cacar monyet:
- Masturbasi bersama pada jarak minimal 6 kaki atau sekitar 2 meter tanpa saling menyentuh;
- Pertimbangkan berhubungan intim dengan tetap mengenakan pakaian atau menutupi area ruam dan luka dengan kain, kurangi kontak kulit ke kulit;
- Hindari berciuman;
- Cuci tangan, mainan seks, atau benda apapun setelah berhubungan intim;
- Tidak berganti-ganti pasangan.
Diketahui, pertama kali ditemukan penyakit cacar monyet menyebar di wilayah Eropa. Namun kini cacar monyet telah menjangkit 15 negara di berbagai dunia, termasuk juga di Indonesia.
Terdapat sejumlah gejala yang digolongkan sebagai suspek dan probable cacar monyet berdasarkan edaran dari Kementerian Kesehatan RI.
Untuk yang suspek cacar monyet adalah orang yang memiliki ruam akut serta satu atau lebih dari gejala. Berikut ini adalah gejalanya:
- Sakit kepala
- Demam akut di atas 38,5 derajat celcius
- Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening)
- Nyeri otot/Myalgia
- Sakit punggung
- Asthenia (kelemahan tubuh)
Penulis: Rifqi Fadhillah