Perjalanan ke luar angkasa dengan menggunakan roket tentu sudah menjadi hal yang biasa. Namun, baru-baru ini muncul ide perjalanan ke luar angkasa dengan menggunakan lift seperti di gedung pencakar langit akan segera dibangun.
Dilansir dari Science Focus, ide menggunakan lift dalam perjalanan ke luar angkasa ini sebelumnya diperkenalkan oleh fisikawan Soviet, Konstantin Eduardovich Tsiolkovsky pada tahun 1895. Seiring berjalannya waktu, seorang engineer Rusia Yuri Artsutanov mengembangkan ide tersebut dalam artikelnya berjudul To the Universe by Electric Rail.
“Perjalanan ke alam semesta dengan bantuan roket, penumpang kendaraan itu harus menanggung ‘rantai gravitasi’, ‘akselerasi tinggi’ dan ‘mesin yang tegang’. Jadi, merancang lift yang sangat tinggi akan mengatasi ketidaknyamanan ini,” tulisnya.
Lift yang akan menghubungkan Bumi dengan luar angkasa ini terinspirasi oleh Menara Eiffel, di Paris, Prancis. Sama halnya seperti lift di gedung pencakar langit, nantinya perjalanan ke antariksa gak perlu lagi pakai roket, melainkan hanya tinggal naik lift.
Obayashi Corporation asal Jepang tahun 2014 lalu telah mengumumkan pembangunan lift ruang angkasa. Projek ini jika dihitung dalam manajemen logistik, untuk membuatnya dibutuhkan waktu hingga tahun 2050.
Lift ke luar angkasa ini akan dibangun dari “kabel karbon nanotube” dengan luas 96.000 km, pelabuhan darat terapung dengan diameter 400 m dan penyeimbang berbobot 12.500 ton dengan perkiraan biaya USD 9000 juta.
Ilmuwan dari Obayashi Corp yakin bahwa lift luar angkasa ini dapat menampung hingga 30 orang di dalam kabin yang digerakkan oleh motor listrik dengan kecepatan 200 km/jam selama delapan hari. Konsep yang dilakukannya ini menaikkan dan menurunkan beban berat dengan menggunakan investasi 100 kali lebih sedikit daripada meluncurkan roket.
Lembaga antariksa nasional AS, NASA sendiri telah memperingatkan mengenai ide pembuatan lift ke luar angkasa ini. NASA mengatakan bahwa keberadaan lift yang menghubungkan bumi dan luar angkasa ini harus berada di Samudra Pasifik tropis barat, untuk menjaga risiko bahaya terhadap lingkungan.
Penulis: Rifqi Fadhillah