Baru-baru publik diramaikan dengan kabar mengenai kebocoran 487 juta data pada platfrom WhatsApp. Merespon hal tersebut perusahaan Meta langsung membantah terkait isu tersebut.
Dalam bantahan Meta, perusahaan raksasa itu menyebut tidak menemukan bukti kebocotan data termasuk 130.331 dari Indonesia. Sebelumnya, klaim bocoran data itu diunggah di forum komunitas peretasan terkenal pada 16 November 2022. Kabar itu diberitakan oleh Cybernews, media online berbasis penelitian.
Mengutip dari South China Morning Post (SCMP), juru bicara Meta mengatakan laporan kebocroan data itu “spekulatif” dan berdasarkan “tangkapan layar yang tidak berdasar”. Dirinya juga mengklaim perusahaan tidak menemukan bukti kebocoran data pada sistem WhatsApp.
Kemudian jubir menekankan bahwa perusahaan menanggapi tuduhan tentang pelanggaran keamanan layanannya “dengan sangat serius” dan telah mengambil langkah segera untuk menyelidiki lebih lanjut klaim tersebut.
“Kami tidak memiliki informasi tentang bagaimana seharusnya daftar nomor telepon dikumpulkan atau sejauh mana daftar itu berisi nomor telepon Hong Kong. Ada banyak cara menyusun daftar nomor telepon online.” kata juru bicara tersebut.
Baca Juga: Antonio Banderas Siap Perankan Zorro Lagi Apabila Ada Tawaran
Negara yang sebelumnya dikabarkan mengalami kebocoran data seperti, Afghanistan 558.393 data, Hong Kong 2.937.841, Afrika 14.323.766, India 6.162.450, Indonesia 130.331, Rusia 9.996.405, Amerika Serikat 32.315.282, dan terbesar dari Mesir 44.823.547.
Penulis: Fadia Syah Putranto