Jackaby: When Doctor Who Meets Sherlock

1846
book jackaby

Hardrockers mungkin tidak asing lagi dengan tokoh Sherlock Holmes, Hercule Poirot, atau Doctor Who. Ketiganya memang detektif fiktif paling terkenal sepanjang hayat. Tapi, ternyata ada satu lagi tokoh detektif yang tak hanya cerdas, tetapi juga memiliki kemampuan yang unik?

Then we present to you…Jackaby. Seorang detektif asal Inggris yang tak hanya mampu menganalisis suatu kejadian, tetapi juga melihatnya dari kacamata yang lain. Melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh masyarakat biasa.

“Ada suatu hal dalam diriku yang membuatku dapat melihat kebenaran..ketika orang lain melihat ilusi. Jadi, benar adanya bila orang bilang dunia adalah sebuah panggung. Pertunjukkan tampil silih berganti dan aku adalah satu-satunya penonton di balik jendela rumahku.”

Namun, Jackaby tak terus menerus sendirian menonton segalanya. Suatu hari, datanglah seorang gadis muda bernama Abigail Rook -baru tiba di New Fiddleham, New England, dan membutuhkan pekerjaan.

Pada pertemuan pertamanya dengan Jackaby, ia lantas menerima pekerjaan sebagai asisten Jackaby. Ada satu hal yang Jackaby senangi dari gadis tersebut: perhatiannya pada hal-hal yang kecil. Dan dalam bagian ini, rasanya kita seperti melihat hubungan antara Holmes dan Watson, dalam versi yang berbeda.

Baru satu hari bekerja di tempat Jackaby, kasus besar mencuat: seorang pembunuh berantai menghabisi nyawa penduduk New Fiddleham. Polisi berkesimpulan bahwa pembunuh tersebut seorang psikopat yang kesepian, tetapi Jackaby yakin, bahwa pembunuh tersebut bukanlah manusia. A kind of nonhuman creature. Hal ini tentunya dibantah oleh kepolisian setempat, yang akhirnya menganggap Jackaby gila.

Dan dari sini kita menebak-nebak: benarkah yang dikatakan oleh Jackaby, atau justru dia lah yang hanya melihat ilusi semata?

When Doctor Who Meets Sherlock?

Melalui deskripsi di atas, sepertinya enough said kalau Jackaby adalah perpaduan antara Sherlock dan Doctor Who. Detektif dengan peneman, serta kasus-kasus yang melibatkan hantu dan makhluk ekstraterestial. Tetapi entah William Ritter -sang penulis- adalah fans berat Holmes dan Doctor Who, atau ingin menyajikan sosok sempurna dari gabungan kedua detektif fenomenal tersebut. 

Namun tak dapat dipungkiri, ada ada kalanya Jackaby terlihat aneh. Ia seringkali mengatakan pada Abigail betapa ia membenci manusia, betapa sebenarnya tak semua manusia layak hidup, tetapi di sisi lain, menampilkan sisi humanis pada korban-korban kejahatan. Mungkin ini adalah cara bagi Ritter untuk menggabungkan sosok Holmes dan Who: dingin dan humanis. Sayangnya, dalam beberapa bagian, hal ini justru membuat cerita menjadi tak konsisten, dan terlihat seperti fanfiction.

Anyway, bila Hardrockers suka dengan cerita kriminal, buku ini layak untuk dibaca, kok! [teks:@intankirana foto:ist]

 

 

Intan Kirana
Latest posts by Intan Kirana (see all)

LEAVE A REPLY