Persembahan Harper’s Bazaar Indonesia: Dian Sastrowardoyo, 25 Tahun Berkarya dalam Dunia Film

117

Dalam memperingati Hari Film Nasional, Harper’s Bazaar Indonesia mempersembahkan “A Tribute to Indonesian Cinema Celebrating 25 Years of Dian Sastrowardoyo” yang dilaksanakan pada Jumat (22/03) lalu di La Moda, Plaza Indonesia. Rangkaian acara inspirasional ini dihadiri ratusan tamu dari berbagai kalangan, diisi dengan buka puasa yang hangat dan sharing moment bersama Dian Sastrowardoyo.

Harper’s Bazaar Indonesia memberikan tribute kepada Dian Sastrowardoyo yang telah berkarya selama 25 tahun di dunia film. 

 

Dian ungkap bahwa setiap produksi film memberinya pembelajaran yang berbeda-beda, dan setiap karya meninggalkan kesan tersendiri bagi perkembangan karakter pribadinya, serta memberi inspirasi untuk melakukan sesuatu yang besar lagi.

“Saat film Pasir Berbisik dibuat, saya masih sangat muda. Proses syutingnya benar-benar sebuah penggojlokan luar biasa bagi seseorang yang baru berusia 18 tahun, terjun ke lokasi terpencil yang sangat alami, bersama lawan main senior yang namanya sudah “besar”. Di situ saya belajar menjadi seorang aktor, dan melihat bahwa proses pembuatan film butuh kerja keras dan dedikasi. Saya harus meninggalkan kehidupan sehari-hari dan diri saya sendiri, untuk kemudian pasrah kepada karakter yang saya perankan.” ujar Dian. 

Kesuksesan film Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang menyusul setelahnya kemudian menjadi anak panah yang melejitkan popularitasnya. “Booming-nya film AADC membuat hidup saya berubah total. Saya mulai menyadari bahwa hidup saya sudah menjadi ‘milik’ publik. Kami semua yang terlibat di film ini, mulai dari pemain hingga produser, sebenarnya tidak begitu siap menghadapi kesuksesan sebesar itu. Saya akhirnya menyadari bahwa menjadi public persona adalah pelajaran yang tidak mudah. Saya bersyukur bisa melewati semuanya dengan baik-baik saja,” lanjut Dian.

Film Kartini membuat Dian terinspirasi untuk mewujudkan cita-cita besar dalam hidupnya untuk mendirikan Yayasan Dian Sastrowardoyo dan program Beasiswa Dian. “Lewat film Kartini saya jadi belajar tentang my own goal. Waktu masuk ke dunia film dan entertainment sebenernya tujuan saya adalah untuk sekolah. Terinspirasi dari kisah hidup dan karakter Kartini, saya jadi berpikir, mungkin bukan jalan saya untuk punya sekolah, tapi justru membuka jalan bagi orang-orang lain untuk bisa sekolah,” ujar Dian.

 

Baginya, program Beasiswa Dian adalah proyek yang sangat personal dan cukup ambisius. “Tapi saya yakin bahwa saya sedang memperjuangkan sesuatu yang punya makna, and it gives my work more meaning,” papar Dian.

Dian juga menambahkan, pembelajaran dalam kariernya ini tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal. Dian sangat terinspirasi dan tidak sungkan untuk belajar dari sesama pekerja film, baik produser, sutradara, kru, maupun sesama aktor yang dikaguminya.

“Menurut saya, kalau kita ingin karya kita makin bagus, kita harus belajar dan mau membuka diri terhadap teman-teman yang menginspirasi kita untuk maju. Kalau kita tidak bergaul dan punya hubungan yang baik dengan semuanya, kita tidak bisa saling belajar satu sama lain, dan kolaborasi tidak akan terjadi.” tambahnya.

Di balik kegigihan dan ketekunannya dalam berkaries sebagai aktor, Dian juga mempunyai visi yang lebih luas bagi perfilman Indonesia, tidak hanya dalam bermain seni peran, tetapi juga dalam memproduksi sebuah film. Selama pandemi, Dian mengambil kursus-kursus online untuk menjadi seorang director. “Kayaknya saya ingin belajar memproduksi film dan main film seperti Charlize Theron dan Margot Robbie. This is the year that I finally went taking the leap of faith,” kata Dian.