BLT – Bantuan Langsung Tunai

1515

Ini saya posting ulang dari tanggal 21 September 2006, mudah-mudahan masih relevan 

BLT, kesannya basi banget ya kalau mengangkat topik tentang BLT sekarang ini. Padahal koran dan media massa saja sudah tidak memberitakan mengenai BLT ini. Apaan sih BLT? Bagi anda semua yang tinggal di Indonesia, anda pasti tahu. Tapi biarlah saya mengulang sedikit mengenai BLT untuk para penggemar saya yang ada di luar negeri karena study dan kerja (Hai, Diana…jadi di Jepang juga tidak tertinggal beritanya ^_^ )

BLT adalah singkatan dari Bantuan Langsung Tunai, merupakan suatu program dari pemerintah yang bertujuan untuk mengangkat perekonomian rakyat kurang mampu (tidak enak kalau menggunakan kata miskin). Program ini diluncurkan menyusul kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar sebesar hampir 2 x lipat sejak bulan Februari lalu (tidak terasa ya, sudah hampir setahun sejak itu). Karena diluncurkan menyusul kenaikan harga, (eh, perubahan harga, karena di Indonesia tidak ada kenaikan harga, yang ada adalah perubahan harga atau penyesuaian harga. Biasanya karena satu harga berubah, yang lain menyesuaikan. Yah, seperti soal BBM, begitu harganya berubah…..yang lain langsung menyesuaikan 😛 ) BLT dianggap sebagai suatu cara pemerintah untuk membujuk dan merayu rakyatnya yang kurang mampu agar tidak memberontak dan melakukan demonstrasi.

Soal BLT sendiri sebenarnya sudah sering dibahas melalui media massa oleh mereka-mereka yang dianggap lebih terhormat (tahu kan maksud saya), juga oleh mereka yang lebih ahli atau merasa lebih ahli. Nah, karena saya bukan termasuk mereka yang duduk di tempat yang terhormat dan juga bukan mereka yang ahli, maka saya memberanikan diri untuk menuliskan tentang BLT ini sekarang.
Program ini dinilai kurang efektif oleh banyak pihak, jadi sempat timbul pro dan kontra. Ada yang menilai bahwa pemberian uang secara tunai sebesar Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per 3 bulan sekali itu tidak membantu banyak. Apa yang bisa dibeli dengan uang segitu? Uang transport juga pasti naik, harga kebutuhan yang lain juga pasti naik (eh, disesuaikan dengan harga BBM),
karena itu uang tersebut kurang tepat sasaran. Belum lagi, diberitakan mengenai keruwetan sistem pembayaran, tata cara penerimaan uang BLT dan sebagainya (masih ingat mengenai ada nenek-nenek yang meninggal saat antri untuk menerima uang BLT?). Singkatnya, banyak sekali timbul pro dan kontra mengenai BLT ini. Tetapi bukan ini yang akan saya dan anda bahas hari ini.

Inspirasi untuk menulis tentang hal ini karena tadi saat saya sedang pergi ke kantor pos terdekat (buset, hari gini pergi ke kantor pos? Jangan salah, bukan untuk mengirim surat atau beli perangko, tapi buat bayar tagihan air. Memang untuk yang satu ini di keluarga tidak dilakukan secara online), dan di sana saya menjumpai ada seorang tukang parkir yang membisikkan ke telinga saya, " Masih saja ada orang yang bertanya dan ingin mengambil BLT." Saya hanya tersenyum saat mendengar hal itu. Dalam hati saya berpikir, oh masih ada ya BLT itu? Soalnya di koran dan televisi sudah tidak menayangkan mengenai hal ini. Dalam hati saya hanya bergumam, mungkin yang menanyakan BLT ini sangat membutuhkan uangnya.

Tetapi saya shock saat mengetahui bahwa orang yang menanyakan tentang BLT ini ternyata seorang pria yang saya taksir berusia awal 30an, masih sangat muda dan mengendarai motor. Padahal……WEI!!!! BLT ini adalah buat mereka yang benar-benar tidak mampu, mereka yang untuk makan sehari-hari pun sulit, mereka yang kalau ke mana-mana bahkan tidak berani naik kendaraan umum karena memang tidak punya uang, mereka yang benar-benar hidup di bawah garis kemiskinan.

Jadi kalau yang menanyakan mengenai BLT ini adalah seorang yang bisa naik motor…berarti selama ini berita yang seringkali kita baca itu benar! Bahwa pembagian BLT itu tidak tepat sasaran, bahwa kartu untuk dapat bantuan itu bisa dibeli ke RT dan RW kita. Kasih uang Rp 100.000,00 dan kita bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp 200.000,00 (Oh My God, ternyata ada juga yang seperti itu ya…..'hanya bisa mengurut-ngurut dada nih).

Tetapi terlepas dari semua hal itu, tidak penting pembahasan mengenai BLT atau persoalan yang timbul. Yang paling penting untuk kita pikirkan adalah kita ingin menjadi pihak yang mana? Pihak yang tangannya berada di bawah, atau pihak yang berada di atas sehingga bisa memberikan kepada mereka yang berada di bawah (bukan mereka yang tangannya seharusnya ada di atas tapi
selalu membuka telapak tangan di bawah)?

Siapkah anda menjadi yang di atas???

LEAVE A REPLY