Jam menunjukkan pukul 22:20. Aku sedang menunggu kereta selanjutnya menuju pulang ke rumah, setelah dari perpustakaan malam ini. Sebelum menyeberang, aku waswas melihat perlintasan, di kursi penungguan tempatku menuju, mataku menangkap orang tua yang sedang duduk, rambutnya panjang dengan jenggot dan jambang yang tak terurus. Dua kantong plastik bersandar dikakinya sebelah kanan. Aku melihat dia baru saja menengguk cola dari botol plastik berukuran satu liter.
Dia tampak kurus, jaketnya terlihat kucel. Aku meragukan, apakah itu cukup menghangatkan badannya dari hawa musim semi yang tak seberapa dingin ini.
Saat kereta semakin mendekat, aku menyaksikan si bapak itu berdiri, dengan tidak sempurna. Bukan hanya membungkuk dan menyeret langkahnya, tapi entahlah, aku tak sanggup lagi menyaksikannya, sehingga aku berlari ke gerbong kedua, karna akupun tak ingin menghalangi beliau masuk. Sesekali aku melirik beliau. Aku kemudian bertanya dalam hati, apakah dia tidak ada anak atau saudara? Dia hidup di negara maju, yang katanya, melindungi dan sangat memperhatikan orang-orang seperti beliau, tapi kenapa masih ada yang terlihat seperti itu?
Aku terpikir dengan budaya Indonesia. Terlepas dari jaminan pemerintah terhadap orang tidak mampu belumlah seperti negara ini, tapi disisi lain, buat setiap keluarga, orang tua adalah segalanya. Bahkan untuk memasukkan panti jompo-pun rasanya sangatlah jarang. Hari ini aku belajar satu hal tentang budaya yang baik dan perlu dijaga dari bangsaku.
posted: 28.04.2010
- mungkin (tentang) budaya - Apr 28, 2010